Produksi Hasil Tembakau Terus Turun, GAPPRI Minta Perhatian Pemerintah

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Produksi Hasil Tembakau Terus Turun, GAPPRI Minta Perhatian Pemerintah


JawaPos.com – Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) mengajak komitmen pemerintah bersama pabrikan rokok untuk mempertahankan kelangsungan lapangan kerja di sektor industri hasil tembakau (IHT) di tengah resesi ekonomi dan pandemi Covid-19. Termasuk soal hajat hidup buruh, petani tembakau dan cengkeh serta penerimaan pemerintah dari cukai hasil tembakau (CHT) yang saat ini cukup signifikan.

Ketua umum Perkumpulan GAPPRI, Henry Najoan berpendapat, sudah beberapa tahun ini, kondisi IHT nasional sudah sangat berat, produksi terus menurun. Hingga berjuang pada iklim usaha yang tidak kondusif karena terdapat sekitar 300 peraturan yang restriktif.

Hal tersebut juga dikatakan oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyatakan produksi hasil tembakau di Februari 2021 tercatat turun signifikan sebesar minus 61,7 persen. Di mana produksi pada Februari ini hanya mencapai 13,8 miliar batang, sedangkan Februari 2019 mencapai 27,8 miliar batang. Penurunan ini terjadi sebagai akibat berlakunya tarif cukai rokok per 1 Februari 2021.

Baca Juga: GAPPRI: Kenaikan Cukai di Tengah Pandemi Akan Sulitkan Industri

Henry Najoan mengatakan, tren penurunan produksi hasil tembakau diprediksi akan terjadi pada semester satu yaitu antara bulan Februari hingga Mei 2021.

“Produksi IHT di Februari 2021 tercatat turun signifikan sebesar minus 61,7 persen atau turun 21,4 miliar batang dari Januari 2021. Dimana produksi pada Februari 2021 ini hanya mencapai 13,8 miliar batang, sedangkan Februari 2020 mencapai 14,7 miliar batang dan Februari 2019 mencapai 27,8 miliar batang,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis (25/3).

Merujuk data resmi Perkumpulan GAPPRI, penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) Januari ke Februari 2021, pada golongan Sigaret Kretek Mesin (SKM) anjlok 70 persen, atau turun dari Rp 19 triliun pada Januari 2021 ke Rp 5,7 triliun pada Februari 2021. “Jadi turun sebanyak Rp 13,3 triliun dalam sebulan,” ucapnya.

Henry Najoan menambahkan, kondisi pada tahun lalu sebaliknya. CHT Januari ke Februari 2020 naik 102 persen dari Rp 6,3 triliun pada Januari 2020 ke Rp 12,7 triliun pada Februari 2020. “Sehingga total keseluruhan CHT turun 65 persen dari Januari 2021 ke Februari 2021,” katanya.

Lebih jauh, Henry Najoan mengatakan, produksi SKM Januari ke Februari 2021 anjlok 79 persen . Produksi SKM Januari 2021 ke Februari 2021 anjlok dari 29 miliar batang, Januari 2021 ke 7 miliar batang Februari 2021 atau turun 21,4 miliar batang dari Januari 2021. Kondisi itu berbanding terbalik dengan tahun lalu. Produksi Februari 2020 naik 98 persen dari Januari 2020 atau naik dari 9 miliar batang pada Januari 2020 ke 19 miliar batang Feb 2020.

“Total keseluruhan produksi IHT turun 59 persen dari Januari 2021 ke Februari 2021,” ujar Henry Najoan.

Henry Najoan mengatakan, di tahun 2020, pemerintah menaikan cukai hasil tembakau sebesar 23 persen dan Harga Jual Eceran (HJE) 35 persen. Kemudian ada wabah pandemi virus Covid-19.

Pada 2021, IHT belum sempat melakukan recovery, pemerintah justru menaikan cukai hasil tembakau sebesar 12,5 persen. Kondisi hujan disertai banjir besar di beberapa daerah sentra pertanian yang terjadi awal 2021 juga memengaruhi tren penurunan daya beli masyarakat.

Selain juga kebutuhan masyarakat persiapan memasuki bulan Ramadan, lebaran, dan jelang penerimaan siswa baru Juli mendatang “Kami memprediksi tren penurunan pada tahun 2021 akan berlanjut sampai akhir Semester I. Kondisi demikian akan semakin memperparah kondisi industri hasil tembakau nasional sehingga akan berpengaruh pada penerimaan negara,” jelasnya.

Bagi pihaknya, kata dia, tahun ini merupakan tahun yang sangat berat bagi kelangsungan industri hasil tembakau nasional. Kinerja IHT saat ini sedang turun akibat pelemahan daya beli dan dampak pandemi virus Covid-19, serta kenaikan cukai sangat tinggi di tahun 2020 kemarin. Apalagi saat ini angka pertumbuhan ekonomi dan inflasi masih minus.

Atas kondisi demikian, pihaknya berharap bapak Presiden Jokowi secara bijak akan mempertimbangkan kondisi yang dialami industri hasil tembakau nasional demi kelangsungan usaha di tanah air. Mengingat IHT sebagai bagian dari anak bangsa, yang saat ini mengalami kondisi sulitnya ekonomi di tengah pandemi Covid-19, terus berupaya menjaga kelangsungan nadi dan pembangunan dari cukai dan pajak IHT yang cukup signifikan.

“Juga terjaganya penciptaan nilai tambah dan lapangan kerja dalam negeri, nafkah bagi petani dan pekerja perkebunan tembakau dan cengkeh serta pemiliknya dan pekerja distribusi sampai pedagang kaki lima serta terjaga berbagai kegiatan di sepanjang rantai pasok IHT,” ungkapnya.

Meskipun demikian, Perkumpulan GAPPRI mengapresiasi upaya serius pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Bea Cukai dalam memberantas peredaran rokok ilegal yang makin merajalela. Langkah tegas tersebut, akan menjamin keadilan bagi para pelaku usaha lainnya yang tunduk pada peraturan perundang-undangan.

“Upaya konsisten dan serius yang dilakukan oleh Bea Cukai dan aparat penegak hukum lainnya sangat penting mengingat dampak dari keberadaan rokok ilegal tidak hanya berupa ketidakadilan bagi para pelaku usaha yang legal, tetapi juga industri secara keseluruhan termasuk petani dan pekerja legal,” tegasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:


Produksi Hasil Tembakau Terus Turun, GAPPRI Minta Perhatian Pemerintah