Harga Pakan Tinggi, Harga Telur Anjlok, Peternak Mengeluh

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Harga Pakan Tinggi, Harga Telur Anjlok, Peternak Mengeluh


JawaPos.com–Anjloknya harga telur sampai Rp 15.000 per kg berdampak pada peternak yang merugi hingga puluhan juta rupiah. Hal itu diakui Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar.

Ketua Putera Sukarman mengatakan, kondisi peternak mulai terganggu sejak Covid-19. Harga telur tidak stabil dan sering jatuh, sedangkan harga pakan melambung tinggi, baik konsentrat, pabrikan, maupun jagung.

”Dengan masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), akibatnya penyerapan telur kurang lancar. Padahal hasil produksi peternak stabil. Dengan harga telur yang sangat murah di bawah harga Permendag Rp 19.000 dan harga batas atasnya Rp 21.000, sedangkan harga telur akhir-akhir ini dikisaran Rp 13.500 sampai Rp 16.000,” tutur Sukarman, Senin (4/10).

Sukarman menjelaskan, peternak mengalami kerugian sangat besar. Harga pakan yang semula Rp 5.000 menjadi 6.500 per kg. Oleh sebab itu peternak mencari jalan keluar yaitu peternak akan meminta kepada pemerintah untuk pemulihan harga pakan terutama jagung dan meminta agar harga telur bisa naik.

Sukarman menambahkan, beberapa waktu lalu pihaknya diundang ke istana mewakili beberapa peternak menghadap Presiden Jokowi. Dalam pertemuan tersebut dia menyampaikan agar pemerintah menyediakan jagung dengan harga wajar yaitu Rp 4.500 per kg dan Presiden Jokowi menyanggupi usul tersebut.

”Pemerintah melalui Mentan dan Mendag segera menyediakan jagung 30 ribu ton. Distribusi jagung diberikan untuk Blitar untuk tahap pertama 350 ton, selanjutnya 15 ribu ton,” ujar Sukarman.

Sementara itu, Kasi Pemasaran Hasil Paternakan Dinas Peternakan Provinsi Jatim Tri Yatmini mengatakan, penurunan harga telur karena peternakan sudah melimpah sedangkan pemasaran keluar provinsi sudah banyak yang tertutup dengan kondisi pandemi.

Produksi telur di Jawa Timur pada diprediksi 572 ribu ton sedangkan kebutuhan Jawa Timur sekitar 559 ribu ton. Dalam kodisi normal diperkirakan surplusnya 13.090 ton. Tapi pada saat ini karena penyerapan juga rendah otomatis surplusnya lebih besar yang tidak terserap pasar. Akibatnya harga makin anjlok.

Dia mengatakan, upaya konkret Pemprov Jatim adalah melalui BPBD melakukan pembagian telur kepada ponpes dan lembaga kesejahteraan sosial sebanyak 93 ton. Untuk harga mengacu pada Kemendag No. 7 Tahun 2020 yaitu Rp 21.000. Untuk realisasi sampai saat ini sudah 60 persen yang sudah terserap dari peternak.

”Dinas Peternakan Jatim juga sudah melakukan edukasi dan sosialisasi untuk melakukan gemar minum susu dan protein hewani terutama telur yang diharapkan akan meningkatkan penyerapan telur. Langkah lain adalah PNS diimbau untuk melakukan pembelian telur, kemudian pada awal pandemi Jawa Timur ada lumbung pangan. Selanjutnya melakukan pemasaran secara online,” beber Tri.

Wakil Direktur II Sekolah Pasca Sarjana Unair Sri Pantja Madyawati mengatakan, polemik anjloknya harga telur di pasar karena tidak adanya keseimbangan antara produksi yang melimpah tetapi tidak diikuti dengan permintaan pasar karena faktor pandemi.

”Solusi dari permasalahan ini adalah harus ada yang mengambil alih untuk membeli hasil produksi dari peternak kemudian dibuat untuk bahan olahan seperti nuget dan lain-lain. Semua masyarakat wajib membantu keterpurukan peternak untuk bisa mengangkat kembali dari sisi ekonomi agar tidak terlalu merugi,” papar Sri.


Harga Pakan Tinggi, Harga Telur Anjlok, Peternak Mengeluh