Sobo nDolly, Komunitas yang Bantu Branding UMKM Eks Lokalisasi

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Sobo nDolly, Komunitas yang Bantu Branding UMKM Eks Lokalisasi


Sobo nDolly yang digawangi Lutfi Nur Zaman melakukan pendampingan bagi UMKM eks lokalisasi. Pendampingan itu bukan melulu soal bikin produk. Melainkan, bagaimana cara mengubah Dolly dari ”pusat hiburan gelap” jadi pusat oleh-oleh khas Surabaya.

RETNO DYAH AGUSTINA, Surabaya

Nyaris tiap hari Lutfi Nur Zaman main ke kawasan Putat Jaya. Area yang dulu beken dengan prostitusi Dolly itu kini sudah banyak berubah. Lutfi main ke sana untuk ngobrol dengan pemilik beragam UMKM yang berkembang di sana. Meski kesannya hanya ngobrol, banyak ide yang muncul.

”Produksi, produksi, produksi. Laku nggak?” Celetukan itu jadi penggerak untuk bikin communal branding. Pelatihan produksi ini-itu, karya dari banyak macam bahan sudah dilakukan pemerintah sebagai pendampingan.

Namun, produk-produk UMKM yang lakulah yang membuat usaha menguntungkan. Penjual bisa melanjutkan hidupnya. Produksi terus berputar.

Pada 2018, lulusan D-3 Pariwisata Unair itu memilih nama Sobo nDolly sebagai communal branding. Apa itu? Merek yang bisa jadi wadah banyak UMKM dari eks lokalisasi. Barangnya macam-macam. Ada bumbu rujak manis, sabun, hingga batik. ”Brand ini berusaha dilekatkan sebagai pusat oleh-oleh Surabaya, mau cari apa?” ucap Lutfi.

Sobo, sebuah ajakan main yang dipilih Lutfi agar ada kekhasan dengan Surabaya. NDolly dipilih karena menandakan asal maupun mengubah citra gelap jadi meriah.

Saat blusukan, Lutfi menemukan banyak kreasi yang sebenarnya punya nilai jual. Sayangnya, masih banyak yang tidak tahu akan dijual ke mana. ”Paling sering diajakin isi bazar. Kalau hanya begitu, sehari laku puluhan. Lha 29 hari dalam sebulan, sisanya bagaimana?” ungkapnya. Maka, pemasaran produk semestinya jadi hal penting dalam keberlangsungan UMKM.

Ibarat membangun mal, Lutfi memilih salah satu produk potensial untuk jadi anchor. ”Kalau di mal ada XXI yang jadi penarik. Maka, aku mesti pilih produk penarik buat Sobo nDolly,” jelasnya.

Bumbu rujak manis Cak Mimin yang bikin Lutfi jatuh hati. Selain mengangkat rujak yang khas Surabaya banget, produksinya saat itu cukup stabil.

Tiap bulan, 7.000 botol laku dibeli. ”Jadi, mereka pun sudah siap garap pesanan dalam jumlah besar,” jelasnya. Lutfi memutar otak. Sebagai praktisi digital marketing, Lutfi mulai memainkan keyword di internet untuk mengantarkan lebih banyak orang ke produk bumbu rujak manis tersebut dan Sobo nDolly. ”Kami kasih kemasan dan rebranding oleh-oleh khas Surabaya kekinian. Saat itu, memang ndompleng kue artis yang disebut kekinian,” jelasnya.

Jadi, siapa pun yang iseng googling oleh-oleh khas Surabaya kekinian bakal melihat rujukan menuju bumbu rujak manis Cak Mimin. Hasilnya? Kini penjualannya mencapai 17.000 botol per bulan dengan banyak reseller.

Itu salah satu contoh yang Lutfi dan kawan-kawannya di Sobo nDolly lakukan untuk membantu UMKM. Pendampingan yang diberikan tidak hanya itu. Mulai riset, membantu legalitas, foto produk, manajemen keuangan, hingga permodalan. Sebagai lembaga swadaya dan nonprofit, Lutfi tak bisa melakukan pendampingan sendirian.

Pria berkacamata itu kemudian mengajak beberapa kawan dengan keahlian yang berbeda. ”Kalau aku fokus digital marketing, ada yang bagian fotografi untuk bantu foto produk, ada yang penulis untuk copy writing,” paparnya.

Tak lupa, tentunya melibatkan warga Putat Jaya. Lutfi dan kawan-kawannya tidak bisa serta-merta datang. Pasti butuh kerja sama dan komunikasi intens dengan warga. ”Ya itu, tiap hari jadi ngobrol sama pak RT. Pak, ini warga lagi kesulitan apa ya? Eh bikin ini yuk, Pak,” ucapnya, kemudian terkekeh.

Bicara branding sebenarnya tidak hanya melekatkan kesan A pada produk B. Terdengar simpel? Tidak sama sekali. Membangun sebuah kesan perlu didukung riset awal. Itu bagian yang menurut Lutfi paling sulit dilakukan. ”Banyak yang tidak bisa atau ya tidak mau melakukan,” katanya.

Misalnya, salah satu produk kreasi sabun cair. Nama yang dipilih ternyata ngeplek sama merek sampo ternama. ”Pas datang, aku kaget. Lha ini nggak takut dituntut apa gimana?” kenangnya.

Riset produk juga membantu UMKM untuk memahami kebutuhan pasar, lagi ngetren makanan apa sih? Baju kayak apa sih? Sudah ada atau belum ya? Semua pertanyaan itu bisa membuat produk UMKM lebih unik dan punya nilai jual.

Sobo nDolly kini sudah melahirkan sebuah kampung. Tepat di Jalan Putat Jaya IIA, Sobo nDolly mengelola Kampung UMKM Kreatif Putat Jaya. Namanya kampung, tentu banyak UMKM kreatif yang berproduksi di sana. Jangan sampai hanya 1−2 UMKM yang bisa didatangi. ”Wisatawan saat datang ke kampung itu kan tidak hanya untuk beli. Tapi lihat, bagaimana sih kegiatannya? Jadi benar-benar wisata,” ujarnya.

Nah, hal tersebut tentu jadi tantangan baru. Warga mesti siap menyambut wisatawan. Kebersihan, kenyamanan, dan keramahan jadi modal. ”Kadang berasa jadi pejabat RT juga saya nih. Belanja sapu banyak buat dibagi-bagi juga pernah,” tuturnya, kemudian tertawa.

Saksikan video menarik berikut ini:


Sobo nDolly, Komunitas yang Bantu Branding UMKM Eks Lokalisasi