Liku-Liku Disatya Febriary Kelola Akun Instagram soerabaia_heroescity

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Liku-Liku Disatya Febriary Kelola Akun Instagram soerabaia_heroescity


Bagi Disatya Febriary, masa lalu bukanlah hal yang menyedihkan atau ditinggalkan. Justru masa lalu yang berkaitan dengan sejarah Surabaya perlu didalami dan dihayati. Sebagai bentuk cinta pada kota kelahiran. Juga ilmu pengetahuan.

MUHAMMAD AZAMI RAMADHAN, Surabaya

SINAR matahari saat itu belum tinggi. Para pedagang di pasar pagi Tugu Pahlawan tampak bergegas merapikan jualan mereka. Ada yang sudah siap. Ada pula yang menunggu pembeli. Para penikmat joging juga tengah bersiap. Ada yang sudah berkeringat. Ada juga yang masih pemanasan. Di antara mereka, ada Disatya Febriary.

Perempuan 37 tahun itu sedang menunggu beberapa kawan lain yang berencana ikut joging pagi. Rute joging kala itu tak jauh. Seputar Jalan Indrapura, Jalan Rajawali, Jembatan Merah, Jalan Kembang Jepun, Jalan Kalimati Kulon, Kalimati Tengah, Jalan Songoyudan, dan kembali ke titik awal Jalan Kebon Rojo. Bagi perempuan kelahiran Embong Malang tersebut, meski rute itu sering dilalui, eksplorasi kawasan tersebut tak pernah habis.

Banyak kawasan dan bangunan lama yang menyimpan cerita dan kisah tersendiri. Misalnya, sebuah bangunan di persimpangan jalan antara Kalimati Kulon dan Kembang Jepun.

’’Kalau bersumber dari Media-KITLV Leiden, bangunan itu ada pada 1930–1950. Ada tulisan BAR di sumber tersebut. Nek saiki bangunane gak aktif ketoke,’’ katanya sembari memotret suasana bangunan dari kejauhan.

Disatya mengatakan bakal tetap mengunggah foto ke akun Instagram soerabaia_ heroescity meski informasinya terbatas.

Dengan bahasa sehari-hari khas Surabaya, Disatya menyuguhkan informasi tersebut dengan gamblang. Pada kisaran 1930–1950, pernah berdiri bangunan yang berfungsi sebagai Bank of Taiwan, tepat di pojok Jalan Kalimati Kulon.

’’Bangunane wes ilang. Saiki lahan kosong seng ngarepe sek ngadek tembok bekas bangunan sak durunge (ditontok teko bangunane seng mangkrak, tembok’e termasuk bangunan anyar). Sementara bangunan sebelah tengen sampek saiki sek onok. Salah siji bagiane dadi toko peralatan olahraga. Foto pertama, gak onok info soal bangunan iki kecuali teko tulisan seng ketok onok nang bangunane. Seng cukup isok diwoco yaiku tulisan bagian mburi, BAR,’’ begitu keterangan yang ditulis di Instagram soerabaia_heroescity.

Disatya tertarik pada sejarah Surabaya sejak belia. Bahkan, ketertarikannya menguat setelah duduk di bangku kuliah. Dia pun memulai dengan unggahan foto lawas di Facebook pada 2013. Sempat vakum lama dan memulai lagi pada 2019. Sejak awal Disatya selalu menggunakan bahasa khas Suroboyo untuk menyampaikan informasi.

’’Vakum karena hamil dan kesibukan lain, jadi mulai lagi November 2019. Pas Hari Pahlawan,’’ ujarnya.

Posting foto yang dilakukannya tak melulu soal situasi pertempuran arek-arek Suroboyo melawan sekutu. Namun, ada juga hal-hal lucu di balik kisah yang terjadi saat itu. ’’Ada itu saya lupa sumbernya. Jadi, ada tentara Jepang yang tukeran bayonet dengan pejuang Indonesia. Itu kisah lain di balik itu,’’ sambungnya, lantas tertawa.

Unggahan demi unggahan terus dilakukan hingga mencapai ratusan gambar yang diulas. Saat di tengah perjalanan, akun Instagram dan Facebook yang dikelola Disatya mengalami peretasan. Akibatnya, dia membuat akun Instagram baru dengan nama soerabaia_heroescity yang dimulai pada 2019.

Dia mengaku rela memulai dari nol lagi lantaran tak ingin informasi soal sejarah Surabaya dan apa pun yang berkaitan dengan Kota Pahlawan lenyap begitu saja. Sebab, beberapa sumber akurat lainnya yang tersedia bebas, selain dari penelitian dan buku sejarah. Misalnya, sumber primer dari digitalcollections.universiteitleiden.nl, Wikimedia Commons (Collectie Tropenmuseum), dan nationaalarchief.nl.


Liku-Liku Disatya Febriary Kelola Akun Instagram soerabaia_heroescity