Terbanyak Masih Gresik, Kasus Aktif di Surabaya Turun Signifikan

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Terbanyak Masih Gresik, Kasus Aktif di Surabaya Turun Signifikan


JawaPos.com– Sudah beberapa pekan ini, Kota Surabaya tidak lagi menduduki puncak klasemen jumlah kasus aktif Covid-19 di Jatim. Bahkan, di wilayah aglomerasi Surabaya Raya sekalipun, yang meliputi Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Malah, saat ini kasus aktif terbanyak adalah Gresik.

Kasus aktif adalah warga yang saat ini masih terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka itu sedang menjalani perawatan di rumah sakit atau isolasi mandiri lantaran tanpa gejala.

Data yang diunggah Pemprov Jatim pada Jumat kemarin (22/10), jumlah kasus aktif di Kota Surabaya hanya tinggal 9 orang. Jika merunut data ke belakang, angka itu tidak terpaut jauh dengan saat kali pertama Covid-19 mulai mewabah pada pekan awal Maret 2020.

Seminggu lalu (15/10), jumlah kasus aktif di Kota Surabaya masih ada 26 orang. Artinya, dalam sepekan ada penurunan sebanyak 17 orang. Jumlah penurunan itupun lebih banyak dibandingkan Sidoarjo dan Gresik.

Sementara itu, jumlah kasus aktif di Gresik yang mencatatkan jumlah terbanyak di wilayah aglomerasi Surabaya Raya, per 22 Oktober ada 21 orang. Minggu lalu, terdapat 29 orang. Hanya ada penurunan 8 orang. Sedangkan untuk Sidoarjo, kasus aktif ada 15 orang. Sepekan sebelumnya, terdapat 27 orang atau menurun 12 orang.

Sejak pandemi Covid-19 terjadi, total kasus positif di Kota Surabaya mencapai 66.756 orang, sembuh 64.201 orang, dan meninggal dunia 2.546 orang. Untuk Sidoarjo, total kasus positif sebanyak 25.131 orang, sembuh 24.150 orang, dan meninggal 966 orang. Lalu, untuk Gresik, total kasus positif 13.420 orang, sembuh 12.672 orang, dan meninggal 727 orang.

Kendati terus menurun signifikan, sejumlah pihak sudah memberikan warning agar semua pihak tetap waspada. Termasuk potensi lonjakan gelombang ketiga. Pada Desember 2020-Januari 2021, wilayah aglomerasi Surabaya Raya mengalami lonjakan gelombang pertama. Salah satu penyebabnya, peningkatan mobilitas warga karena liburan Nataru dan libur sekolah.

Lalu, lonjakan gelombang kedua, terjadi pada Juli-Agustus 2021 lalu. Jumlah kasus positif melonjak sangat signifikan. Begitu jumlah warga yang meninggal dunia. Baik di Surabaya, Sidoarjo, maupun Gresik. Salah satu penyebab lonjakan itu juga dipicu tingginya mobilitas pada momentum libur Hari Raya Idul Fitri.

Seperti diberitakan JawaPos.com kemarin (22/10), pakar epidemiologi Unair Dr Windhu Purnomo mengingatkan risiko lonjakan kasus Covid-19 pada masa mendatang. Gelombang ketiga bisa saja terjadi. ”Ke depan ini ada banyak pemicu,’’ katanya.

Di antaranya, kata dia, disebabkan meningkatnya mobilitas masyarakat. Saat ini pelonggaran lalu lintas sudah dibuka. Kapasitas penumpang angkutan umum maupun angkutan massal sudah diizinkan sampai 100 persen. Kondisi itu sangat rentan menimbulkan kontak fisik antarorang. Dalam waktu dekat, juga ada libur panjang. Yaitu, momen Natal dan tahun baru. ”Berkaca pada pengalaman sebelumnya, kasus selalu meningkat setelah libur panjang. Ini harus diwaspadai,’’ imbuh Windhu.

Dia meminta agar berbagai upaya pencegahan harus dimaksimalkan. Salah satunya, memaksimalkan pemanfaatan platform PeduliLindungi.

Aplikasi itu sangat penting untuk fungsi skrining ketika masyarakat beraktivitas di luar rumah. Jangan sampai aplikasi PeduliLindungi hanya dipasang sebagai formalitas. ”Harus ada monitoring penggunaannya oleh Satgas Covid-19 (Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Red),’’ paparnya.

Pihaknya sangat berharap bahwa momen libur panjang, Natal, dan tahun baru bisa dilewati dengan aman. Dengan demikian, tidak sampai timbul lonjakan kasus baru.

Nah, jika sampai awal 2022 tidak ada kenaikan persebaran Covid-19, Windhu optimistis warga Surabaya dan sekitarnya bisa hidup normal dengan penerapan protokol kesehatan. Oleh karena itu, lanjut dia, vaksinasi menjadi faktor penting dalam penanganan Covid-19 untuk membentuk herd immunity.

”Kita dukung pemkot untuk bantu meningkatkan cakupan vaksinasi di wilayah aglomerasi agar Kota Surabaya lebih aman,’’ tegasnya.


Terbanyak Masih Gresik, Kasus Aktif di Surabaya Turun Signifikan