Mira Karenina, Peraih Emas Asia Pacific Conference of Young Scientist

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Mira Karenina, Peraih Emas Asia Pacific Conference of Young Scientist


Baru kali pertama terjun di lomba penelitian APCYS bidang matematika, Mira Karenina langsung menyabet emas. Nina, sapaan Mira Karenina, mengangkat penelitian soal pool test untuk skrining virus Covid-19 di Surabaya. Hasilnya, para juri memuji kerja keras Nina dan cara mempresentasikannya yang begitu baik.

MARIYAMA DINA, Surabaya

NINA memang baru 15 tahun. Tapi, dia tahu betul untuk sebuah lomba penelitian, yang dibutuhkan tidak hanya ide dan hasil riset yang bagus. Tapi, juga cara mempresentasikan pikiran kepada orang-orang. Hal itulah yang dipegang teguh hingga meraih emas dalam ajang Asia Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) 2021 pada 27 September–1 Oktober lalu.

Dalam ajang se-Asia-Pasifik yang diikuti 21 negara itu, Nina yang masih duduk di bangku X SMA mengangkat tema pool test.

Sebuah tes yang dilakukan untuk membuat skrining Covid-19 lebih cepat dan efektif. Sasarannya adalah orang-orang di Surabaya. ”Tapi, katanya tes ini kalau diterapkan di Surabaya kurang efektif. Soalnya, waktu itu Surabaya sudah masuk zona merah,’’ terang Nina saat ditemui secara virtual Jumat (8/10).

Namun, dari hasil riset, pool test itu tetap bisa dilakukan. ”Tapi, ini secara matematis ya. Karena pasti ada faktor-faktor lain yang mungkin bisa memengaruhi tes ini enggak bisa diterapkan,’’ lanjutnya.

Sebab, riset yang dilakukan remaja yang duduk di bangku SMA Kristen Intan Permata Hati (East Campus) itu hanya berfokus pada hitungan matematis.

Hasil penelitian itu pun berhasil disampaikan dengan baik. Bahkan, para juri berkomentar, ”Nice work!”. Proses yang dilaluinya panjang dan rumit.

Nina mengungkapkan bahwa dirinya tertarik untuk mengangkat topik itu selain karena isu Covid-19 masih sangat hangat, juga banyak pro dan kontra terhadap penerapan pool test. Khususnya di Surabaya.

Perempuan yang punya hobi menggambar itu juga bercerita bahwa ide untuk mengangkat topik tersebut menjadi penelitian didapat secara tidak sengaja. ”Waktu itu bener-bener enggak sengaja dengerin podcast-nya Dahlan Iskan yang bahas soal pool test ini. Ada yang nyetel podcast-nya di televisi. Saya dengerin aja waktu itu, kok tiba-tiba tertarik,’’ terangnya tentang bagaimana dia menemukan ide tersebut.

Dari situ, Nina mencoba untuk mengajukan riset tentang pool test di ajang APCYS. Pada seleksi awal yang digelar Juli 2020, Nina hanya mengumpulkan paper. Dia meraih medali silver. Masuk ke tahap selanjutnya, tahap nasional, dia kembali mengumpulkan paper, video, dan melakukan presentasi yang kemudian berhasil membuatnya meraih medali perunggu. Meski hanya berhasil mendapat perunggu, dia masih bisa lanjut ke tahap terakhir.

Pada tahap terakhir, tahap internasional, format yang dikumpulkan bertambah. Dari yang sebelumnya hanya mengumpulkan paper, video, dan presentasi menjadi paper, poster, video, dan presentasi. Di sini, Nina mengaku memaksimalkan semua usaha terakhirnya pada presentasi. ”Riset itu selain hasilnya yang harus bermanfaat, kita juga harus bisa menyampaikan pesannya dengan baik,’’ ungkapnya.

Menurut dia, tak jarang banyak orang yang bisa membuat riset dengan baik dan lebih kompleks, tapi sangat kurang saat mempresentasikan apa yang mau disampaikan. Memang dalam sebuah riset, biasanya akan ada yang membantu mengerjakan. ”Tapi untuk presentasi, kita harus bener-bener menguasai apa yang kita bikin. Jadi, orang lebih paham apa yang ingin kita sampaikan,’’ sambungnya.

Meski pada awalnya, perempuan yang beberapa kali meraih prestasi di bidang basket dan piano itu tidak pernah menargetkan lolos hingga ke babak akhir. Apalagi bermimpi meraih emas. Dia ternyata bisa meraihnya pada percobaan pertamanya. ”Awalnya cuma nargetin lolos di babak pertama. Kok ternyata bisa sampai tahap terakhir ini. Nggak nyangka sedikit pun,’’ katanya.

Saat sudah masuk pada tahap terakhir, tahap internasional, Nina langsung memasang target paling tinggi. Yakni, medali emas. Prosesnya pun tentu tidak mudah. Terlebih dia masih sangat belia dan baru pertama mengikuti ajang tersebut. Stres dan bingung sudah jadi makanan sehari-hari. Bahkan, deadline mingguan untuk setor progres kepada pembimbing dari Indonesia terkadang digarapnya mepet-mepet. Namun, tetap tenang dan bisa mengendalikan diri menjadi kuncinya untuk tetap fokus dan bisa mengerjakannya dengan baik sampai akhir.

”Kalau sudah stres banget, biasanya saya break dulu. Me time dulu. Saya suka main piano sama menggambar,’’ terangnya. Baru setelah tenang, dia akan melanjutkan kembali progres risetnya. ”Tapi selain me time, yang paling penting tetap terus dikerjakan, terus dijalani, dan jangan lupa berdoa,’’ imbuhnya.


Mira Karenina, Peraih Emas Asia Pacific Conference of Young Scientist