Sering ada Penampakan Noni Cantik dan Anak-Anak di RPH Kabluk Semarang

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Sering ada Penampakan Noni Cantik dan Anak-Anak di RPH Kabluk Semarang


Sudah puluhan tahun rumah pemotongan hewan (RPH) di Jalan S. Sudiarto 132, Pandean Lamper, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, terbengkalai. Bangunannya penuh semak belukar hingga memunculkan aura mistis. Konon, noni cantik dan anak kecil sering menampakkan diri.

Dikenal dengan nama RPH Kabluk, dulu abattoir atau RPH tersebut menjadi salah satu landmark Semarang Timur. Sejak 1995, tempat itu tidak difungsikan lagi. Bangunan yang diresmikan pertengahan 1929 itu memiliki luas hingga 3 hektare. Namun, kini tinggal bangunan utama yang terlihat di dekat traffic light di Jalan S. Sudiarto tersebut.

Saat siang, area itu tak berbeda dengan kawasan lain. Bahkan, area luar dipakai nongkrong para tukang becak dan pembersih taman. Namun, saat langit menggelap dan jalanan sepi, tampilan area RPH pun berubah. Seakan-akan ada kekuatan gelap yang siap menyantap siapa pun. Cerita mistis sering berseliweran di telinga tukang becak hingga pemulung.

Maklum, saat malam, bagian utama bangunan RPH Kabluk itu digunakan tidur para tunawisma. ’’Kata mereka, sudah sering ada suara anak-anak atau gesekan besi,’’ ujar Rasmi, petugas kebersihan taman Kota Semarang, ketika ditemui beberapa waktu lalu.

Pernah suatu ketika, ada tunawisma yang tidur di luar bangunan. Lokasinya persis di taman sebelah jalan raya. Dia diganggu noni cantik. Biasanya, perempuan cantik itu menampakkan diri dengan baju putih. Tak betah, tunawisma itu pun pindah. Hal serupa juga disampaikan Slamet. Tukang becak tersebut sudah tidak kaget lagi dengan cerita mistis RPH Kabluk.

Slamet menyatakan, noni cantik akan menampakkan diri jika ada orang jahat yang masuk. Sebab, dulu pernah ada orang yang berjudi di dalam, kemudian diganggu. Bukan hanya itu, suara bayi juga kerap terdengar. ’’Biasanya, ini muncul pas malam atau dini hari,’’ ucapnya.

Para tukang becak juga kerap diganggu. Padahal, mereka tidak masuk ke sana dan hanya tidur di becak. Dari cerita yang beredar, menurut dia, perempuan Belanda itu menampakkan diri ke tukang becak. Suara-suara seperti besi yang digores juga terdengar dari dalam.

Area masuk ke RPH Kabluk sebetulnya dipagari dengan rapat. Hanya, dari sisi taman, ada celah untuk masuk. Para tunawisma biasanya masuk melalui celah tersebut. Aksesnya juga tak mudah. Sebab, setelah masuk ke pagar, mereka harus melewati semak belukar. Belum lagi penerangan yang minim saat malam.

Kresna, salah seorang tukang becak lainnya, menyatakan, dulu katanya memang ada satu keluarga Belanda yang tinggal di sana. Itu kenapa sekarang kadang ada suara bayi dan perempuan. noni yang mengganggu biasanya mengenakan pakaian serbaputih. Mirip dengan yang digunakan wanita Belanda saat itu.

Anak-anak kecil dengan tampilan wajah Belanda juga sering menampakkan diri saat RPH Kabluk masih beroperasi. Bahkan, dulu ada petugas yang sering melihat penampakan. Karena takut, akhirnya dia sampai mengundurkan diri.

RPH Kabluk dulunya menggantikan rumah potong hewan tradisional di Kampung Jagalan yang merupakan industri jagal paling terkenal di Kota Semarang. Pencetusnya adalah dr Jan Stapensea. Yakni, ahli peternakan dan dokter hewan pertama di Semarang yang juga menjabat hoofd directeur van den Veterinair-Hygienische Dienst op Semarang. 


Sering ada Penampakan Noni Cantik dan Anak-Anak di RPH Kabluk Semarang