Hari Pertama UTBK Berjalan Lancar, Syarat Rapid Test Masih Dikeluhkan

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Hari Pertama UTBK Berjalan Lancar, Syarat Rapid Test Masih Dikeluhkan


JawaPos.com – Hari pertama pelaksanaan ujian tulis berbasis komputer (UTBK) untuk seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) berjalan lancar kemarin. Meski demikian, beberapa kejadian harus menjadi bahan evaluasi.

UTBK dilaksanakan di beberapa lokasi. Salah satunya di kompleks kampus Universitas Indonesia (UI). Sesi pertama diikuti 896 peserta. Kemudian, pada sesi kedua, ada 885 peserta. Jumlah peserta dalam setiap ruang ujian dibatasi hanya 10 sampai 30 orang.

Sejumlah peserta mengaku sedikit tegang dengan pelaksanaan UTBK di tengah pandemi Covid-19.

Misalnya yang disampaikan oleh Sita Amanda. Dia mendaftar di Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Jurusan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), tetapi lokasi ujian di kampus UI.

”Menempuh ujian di masa pandemi cukup menambah tegang suasana,” katanya kemarin. Tetapi, dengan protokol kesehatan yang diterapkan oleh panitia, dia yakin aman dari potensi penularan Covid-19. Dia sempat melihat panitia menegur sejumlah peserta yang duduk berdekatan atau bergerombol.

Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Jamal Wiwoho menuturkan, UTBK di tempatnya relatif berjalan lancar. Secara umum, tidak ada ketentuan peserta UTBK wajib membawa hasil rapid test. Jamal menjelaskan, peserta UTBK dari wilayah eks Karesidenan Surakarta tidak diwajibkan membawa bukti hasil rapid test.

Namun, peserta dari luar wilayah eks Karesidenan Surakarta wajib membawa surat sehat atau hasil rapid test. ”Contohnya, ada peserta dari Bekasi,” katanya. Jamal menjelaskan, peserta dari luar eks Karesidenan Surakarta yang tidak membawa surat hasil rapid test tidak diperbolehkan ikut ujian. Mereka langsung diarahkan untuk ikut ujian tahap kedua yang digelar pada 20-29 Juli.

Jamal mencontohkan, ada peserta dari Ngawi yang tidak membawa surat kesehatan. Akhirnya, peserta itu diminta untuk ikut UTBK tahap kedua. Dia menuturkan, peserta yang bersangkutan harus menghubungi Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) untuk pengaturan jadwal.

Mantan inspektur jenderal (Irjen) Kemenristekdikti itu mengatakan, PTN atau kampus hanya menjadi tempat pelaksana ujian. Sedangkan pengaturan jadwal dan lainnya merupakan kewenangan LTMPT. Jamal mengatakan, di tempatnya ada 23.425 peserta UTBK. Perinciannya, 16.658 peserta dari eks Karesidenan Surakarta dan 6.767 peserta dari luar eks Karesidenan Surakarta. Kemudian, dari pelaksanaan ujian, 12.395 peserta masuk UTBK tahap pertama dan 11.030 lainnya masuk tahap kedua.

Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRP TNI) itu mengatakan, secara nasional jumlah peserta UTBK tahun ini mencapai 703.875 orang. Jumlah itu terbagi menjadi 579.069 peserta UTBK tahap pertama dan 124.806 peserta UTBK tahap kedua.

Sementara itu, Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya sekaligus Ketua Tim Pelaksana LTMPT Mohammad Nasih menjelaskan, data peserta yang tertunda akibat protokol Covid-19 masih dikumpulkan. Dia hanya bisa memberikan data untuk pelaksanaan UTBK di Unair. ”Yang rapid test-nya reaktif ada tiga (orang, Red) untuk sesi I. Mereka harus menunda,” jelasnya.

Dia lantas menjelaskan ketentuan yang dikeluarkan oleh LTMPT untuk peserta yang dinyatakan tidak lolos screening protokol Covid-19. Antara lain, peserta yang suhu badannya lebih dari 37,5 derajat Celsius atau hasil rapid test-nya reaktif tidak boleh ikut ujian.

Peserta tersebut harus menjalani swab test secara mandiri. Jika hasilnya negatif, yang bersangkutan diizinkan untuk ikut UTBK tahap kedua. Tetapi, jika hasil swab test positif Covid-19, peserta tidak diperbolehkan ikut UTBK tahap pertama maupun kedua.

Plt Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam bersyukur karena pelaksanaan UTBK tahap pertama di hari pertama kemarin berjalan lancar. Menurut rencana, hari ini (6/7) dia memantau pelaksanaan UTBK di kampus UI dan UNJ.

Guru besar UGM Jogjakarta itu lantas memberikan sejumlah masukan bagi peserta yang belum menjalani ujian. ”Pertama, jaga kesehatan,” katanya. Kemudian, seluruh peserta harus mengikuti secara sungguh-sungguh protokol yang ditetapkan oleh panitia. Lalu, tidak lupa membawa masker, istirahat yang cukup, makan yang bergizi, berdoa, dan mohon restu kepada orang tua.

Protes Biaya Rapid Test

Sementara itu, beberapa peserta UTBK di daerah mengeluhkan mahalnya biaya rapid test. Di Kota Probolinggo, misalnya, beberapa peserta UTBK yang dihubungi Jawa Pos Radar Bromo berharap rapid test bisa digratiskan seperti di beberapa daerah lain di Jawa Timur.

Hal itu antara lain diungkapkan Vina Fitriana Dovi, 19, warga Sumbertaman, yang merupakan koordinator peserta UTBK. Menurut dia, di Kota Probolinggo ada 95 peserta UTBK. Vina membandingkan, biaya tes UTBK saja hanya Rp 150 ribu. Namun, biaya rapid test di Kota Probolinggo lebih dari Rp 300 ribu per orang. ”Itu pun kami belum tentu diterima ketika mengikuti UTBK,” ujarnya.

Desakan senada muncul di berbagai media sosial. Di grup Facebook, akun atas nama Suntoro Adi menyampaikan permintaan yang ditujukan kepada wali kota Probolinggo. ”Assalamualaikum, saya mau tes SBMPTN di Jember dimintai surat rapid test dari daerah asal masing-masing. Tolong Pak Wali Kota Probolinggo, apa bisa bantu rapid test gratis yaa? Karena kalo rapid test sendiri bayar Rp 350 ribu,” ujarnya.

Lain lagi kasus di Magelang. Sebanyak 20 peserta UTBK di Universitas Tidar (Untidar) tidak lolos pengecekan kesehatan. Karena itu, mereka akhirnya tidak boleh mengikuti ujian sesuai jadwal. Koordinator Pelaksana Pusat UTBK Untidar Arnanda Yusliwidaka mengatakan, 20 peserta yang tidak lolos skrining kesehatan tersebut selanjutnya diproses ke tingkat LTMPT. Jika hasil rekomendasi LTMPT keluar, mereka akan dihubungi untuk mengikuti ujian pada tahap kedua.

Arnanda menjelaskan, temuan itu telah dilaporkan kepada LTMPT melalui aplikasi manajemen pusat UTBK. Dia menyampaikan, sesuai protokol kesehatan yang berlaku di Pusat UTBK Untidar, ruang ujian hanya boleh dimasuki peserta UTBK. Para pendamping atau pengantar hanya boleh masuk sampai drop zone yang ditentukan. Peserta lalu mengisi formulir deteksi diri dan dipindai suhu tubuhnya oleh tim kesehatan.

Peserta wajib membawa dokumen persyaratan ujian (fotokopi ijazah yang dilegalisir atau SKL, kartu identitas, dan kartu peserta ujian), masker, pelindung muka, serta sarung tangan. Perhiasan, jam tangan, dan alat komunikasi dimasukkan ke dalam tas masing-masing. Peserta wajib cuci tangan, lalu mengenakan sarung tangan. Tas harus ditaruh di tempat yang disediakan sesaat sebelum ujian dimulai. Satu ruang ujian hanya diisi 15 peserta dengan jarak antarkomputer sekitar 1,5 meter. Sebelum dan sesudah memasuki ruang ujian, peserta akan diarahkan menjaga jarak antar peserta 1,5 hingga 2 meter.

Koordinator Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pusat UTBK Untidar Sigit Joko Purnomo menerangkan, pada ujian hari pertama, koneksi sistem UTBK sempat terhenti sekitar 15 menit. Persisnya dari pukul 10.15–10.30 WIB. Sebab, sistem pusat melakukan upgrade versi API server. Dari versi 3.2.7 ke versi 3.2.7.8. Saat sistem kembali normal, peserta dapat login kembali dan timer peserta dimulai lagi dari waktu saat sistem berhenti.

”Tidak ada pengurangan waktu. Sistem berhenti pukul 10.15, jadi normalnya pada saat itu peserta masih mempunyai sisa waktu mengerjakan 60 menit. Saat sistem kembali normal pada pukul 10.30 WIB, pada layar peserta waktu sisa pengerjaan soal tidak berkurang. Jadwal pengerjaan soal yang seharusnya dilangsungkan pada pukul 09.30–11.15 WIB baru berakhir pada pukul 11.30 WIB,” papar Sigit.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

 


Hari Pertama UTBK Berjalan Lancar, Syarat Rapid Test Masih Dikeluhkan