Banyak Siswa Kesusahan, Saleh Pertanyakan Program Kerja Nadiem

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Banyak Siswa Kesusahan, Saleh Pertanyakan Program Kerja Nadiem


JawaPos.com – Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Saleh Partaonan Daulay mengatakan, kegelisahan orang tua siswa terkait pelaksanaan proses belajar jarak jauh di masa pandemi Covid-19 ini semakin tinggi. Kondisi ini pun menjadi dilematis.

Pasalnya, di satu sisi, mereka ingin agar anaknya segera bisa kembali belajar di sekolah sebagaimana biasanya. Sementara di sisi lain, kurva penyebaran Covid-19 masih belum turun. Bahkan, kemarin diumumkan sudah kasus positif Korona sudah mencapai lebih 100 ribu orang.

Saleh menilai, proses belajar mengajar yang ada saat ini dinilai belum ideal sebagaimana diharapkan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dianggapnya tidak mengambil inisiatif untuk mengelola proses belajar mengajar tersebut. Masing-masing sekolah seakan-akan menentukan dan mendesain sendiri pola belajar yang diterapkan.

“Kalau baca dari kebijakan yang ada, Nadiem itu hanya membuat aturan saja. Misalnya, sekolah hanya boleh buka di zona hijau. Kalau belajar fisik, harus begini begitu. Di luar itu, harus belajar dari rumah,” ujar Saleh kepada wartawan, Selasa (28/7).

Menurut Saleh, kalau siswa belajar dari rumah, bagaimana metodenya. Kemudian apa sistem yang dipakai untuk menghubungkan guru dan siswa. Apakah hanya menonton video, atau live. Semua itu kelihatannya didasarkan atas prakarsa sekolah secara mandiri.

“Setiap sekolah berbeda antara satu dengan yang lain. Dan ini telah berlangsung kurang lebih lima bulan,” ujarnya.

Walaupun ada kegiatan belajar mengajar jarak jauh yang diatur sekolah, namun Kemendikbud tidak memberikan fasilitas apa pun. Terkesan mereka menganggap bahwa semua siswa dan orang tuanya memiliki akses untuk belajar online. Tidak pernah juga kedengaran kalau Kemendikbud memikirkan agar paket data internet tidak memberatkan ekonomi keluarga siswa. Atau paling tidak, seperti di negara tetangga, paket data tersebut disubsidi.

“Saya belum mendengar program belajar mengajar yang disusun oleh Menteri Nadiem Makarim di masa pandemi ini. Begitu juga dengan fasilitas belajar jarak jauh, tidak disediakan sama sekali. Bahkan, mungkin tidak dipikirkan sama sekali. Tidak heran jika kemudian ada banyak anak yang tidak bisa belajar karena ketiadaan fasilitas dan tidak bisa mengakses pelajaran online,” katanya.

Padahal, anggaran Kemendikbud itu besar. Maka jangan heran, anggaran kegiatan program organisasi penggerak (POP) saja mencapai Rp 595 Miliar. Di tengah pandemi seperti ini, uang sebanyak itu sangat berarti untuk membantu masyarakat.

“Uang itu sepertinya tidak dimanfaatkan secara bijaksana,” ungkapnya.

Di saat-saat seperti ini, semestinya Nadiem menunjukkan kepeloporannya. Apalagi backgroundnya adalah bisnis online. Walau beda jauh, tetapi sedikit ada kemiripan dengan belajar daring. Setidaknya, mirip karena menggunakan akses internet.


Banyak Siswa Kesusahan, Saleh Pertanyakan Program Kerja Nadiem