Stafsus Wapres Sebut Ada Salah Pemahaman E-Learning di Masa Pandemi

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Stafsus Wapres Sebut Ada Salah Pemahaman E-Learning di Masa Pandemi


JawaPos.com – Staf Khusus Wapres Bidang Reformasi Birokrasi dan Pendidikan Mohamad Nasir mengatakan, di tengah pandemi perkuliahan dilakukan secara online atau sering disebut e-learning. Namun, dia prihatin karena dalam praktiknya terjadi salah pemahaman konsep e-learning.

Sorotan tersebut dia sampaikan saat memberikan orasi ilmiah virtual dalam peluncuran Dies Natalis ke-36 Universitas Terbuka (UT) Rabu (15/7). Nasir mengatakan saat ini perguruan tinggi maupun swasta mengalami kebigungan yang sama. “Kebingungan dalam adaptasi konsep e-learning,” katanya.

Mantan Meristekdikti itu mengatakan ketika pandemi Covid-19 muncul, perkuliahan tatap muka dihentikan. Diganti dengan perkuliahan online. Di tengah peralihan itu, Nasir mengungkapkan dosen mengalami kebingungan. Bagaimana menerapkan pembelajaran yang selama ini tatap muka, menjadi e-learning. “Akhirnya dipilih cara seperti pendidikan jarak jauh,” katanya.

Kuliah dilakukan secara streaming. Diantaranya melalui aplikasi Zoom Meeting, Google Meet, atau sejenisnya. Menurut Nasir, perkuliahan yang dilakukan secara video telekonferensi itu belum memenuhi kriteria sebuah e-learning.

Staf Khusus Wapres Bidang Reformasi Birokrasi dan Pendidikan Mohamad Nasir menyampaikan orasi ilmiah virtual di peluncuran Dies Natalis ke-36 Universitas Terbuka (UT) Rabu (15/7) (Hilmi Setiawan/Jawa Pos)

Sebab dalam proses perkuliahan video konferensi itu, dosen dan mahasiswa masih terikat oleh waktu. Padahal dalam konsep e-learning belajarnya bisa kapan saja. Tidak terikat waktu. Masing-masing, baik dosen maupun mahasiswa bisa memilih jam belajar sendiri. “Misalnya mahasiswa sulit bangun pagi, bisa belajar siang,” jelasnya.

Nasir menegaskan ketika perkuliahan digelar menggunakan Zoom atau Google Meet sudah dianggap sebagai e-learning, itu salah kaprah. Kemudian dia menyinggung adanya dosen yang masih bingung mengubah materi pembelajarannya dari offline ke online. “Apakah sebatas slide Power Point saja,” katanya.

Untuk itu, Nasir berharap perguruan tinggi yang masih kesulitan menjalankan e-learning untuk belajar ke Universitas Terbuka (UT). Sebab fokus UT selama ini adalah menjalankan pembelajaran berbasis e-learning. Kampus yang berpusat di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten itu juga sudah memiliki platform terintegrasi. Mulai dari untuk perkuliahan, evaluasi, sampai sistem penilaian sudah berada dalam platform khusus yang terintegrasi.

Nasir berharap UT bisa beralih statusnya menjadi PTN Badan Hukum (PTN-BH). Supaya bisa berlari semakin kencang. “Jika selama ini larinya seperti kambing, bisa lebih cepat lagi seperti harimau,” jelasnya. Dia mendorong UT untuk aktif berbagi pengalaman menjalankan e-learning kepada kampus lain. Baik kampus negeri maupun swasta.

Rektor UT, Ojat Darojat mengatakan mereka terus mengkaji perubahan menjadi PTN-BH. Dia berharap perubahan menjadi PTN-BH bisa terwujud.

Dia juga menjelaskan ada sejumlah pelajaran yang bisa dipetik dari pandemi Covid-19 ini. Di antaranya adalah para perguruan tinggi untuk bekerjasama dan bersinergi. Dia mengatakan layanan pembelajaran tetap harus dijalankan di tengah pandemi. Ketika perkuliahan tatap muka tidak bisa dijalankan, sebagai gantinya adalah perkuliahan berbasis e-learning.


Stafsus Wapres Sebut Ada Salah Pemahaman E-Learning di Masa Pandemi