Temukan 1 Pasien Positif Korona, Lacak 50 Orang

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Temukan 1 Pasien Positif Korona, Lacak 50 Orang


JawaPos.com – Batas waktu yang ditetapkan Presiden Joko Widodo kepada Pemprov Jawa Timur untuk mengurangi kasus Covid-19 telah terlewati pada 9 Juli. Namun, hingga kemarin (10/7) pertumbuhan kasus di Jatim masih tinggi.

Berdasar data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Jatim mencatatkan pertambahan kasus positif baru sebanyak 246. Jatim juga masih menjadi provinsi dengan kasus kumulatif tertinggi di Indonesia.

Presiden Joko Widodo meminta daerah lebih waspada terhadap penularan Covid-19. Lonjakan kasus pada Kamis (9/7) seharusnya menjadi pelajaran bahwa saat ini Indonesia masih krisis. Tidak boleh ada yang beranggapan kondisi sekarang biasa saja.

’’Saya meminta daerah tidak terlena dengan angka positif Covid-19 yang rendah di wilayahnya dan tidak menganggap enteng pandemi ini,’’ terangnya. Laju penularan Covid-19 sangat bergantung pada upaya pengendalian yang dilakukan daerah. Karena itu, pemda harus bekerja dalam situasi krisis yang tentu berbeda dengan kondisi normal.

Instruksi Presiden tersebut dijalankan di Surabaya. Hingga kini, Surabaya memang menjadi kota dengan kasus positif dan kematian terbanyak di Indonesia.

Pelacakan kontak erat pasien terkonfirmasi Covid-19 kini diperbesar. Sebelumnya, setiap satu pasien terkonfirmasi korona, akan dilacak kontak eratnya sebanyak 25 orang. Kini naik dua kali lipat. Untuk satu pasien baru yang terkonfirmasi, bisa sampai 50 orang yang dilacak. Pelacakan juga melibatkan babinsa dan bhabinkamtibmas di tiap kelurahan.

Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Febria Rachmanita menjelaskan, pelacakan kontak erat sampai 50 orang tersebut memang bukan hanya keluarga di satu rumah. Tapi juga rekan kerja dan orang-orang yang berhubungan erat dengan pasien. Mereka pun langsung dites swab karena dianggap ring satu (kontak dekat) orang itu. Sedangkan ring dua yang tak terlalu dekat akan dites rapid. Bila hasilnya reaktif, barulah mereka dites swab. ”Ring satu ini risikonya lebih besar,” kata Feni, sapaan akrab Febria Rachmanita.

Hingga 8 Juli, berdasar data lawancovid-19.surabaya.go.id, sudah 101.842 orang yang menjalani rapid test. Sedangkan hasil swab test yang sudah keluar 25.242 sampel. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17.624 negatif, 7.405 positif, serta 213 invalid. Tes swab itu juga ditujukan untuk swab bagi pasien yang sebelumnya telah positif dan menjalani perawatan atau isolasi. Sedangkan hingga 9 Juli, total pasien terkonfirmasi positif sebanyak 6.781 orang. Jumlah pasien yang sembuh lebih banyak daripada yang sedang dirawat.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto menambahkan, selain close contact tracing atau pelacakan kontak erat, ada pula operasi penegakan protokol kesehatan. Tidak hanya dengan membuat peraturan, tapi juga razia secara masif di semua kecamatan se-Surabaya secara serentak.”Kami lakukan dengan masif dan kontinu,” ujar Irvan.

Bahkan, ada rencana untuk pembatasan jam malam sampai pukul 22.00 saja. Sektor-sektor usaha yang berpotensi besar menjadi tempat penularan akan ditutup terlebih dahulu. ”Beberapa aktivitas RHU (rekreasi hiburan umum, Red) sementara jangan buka dulu,” tambahnya.

Setelah razia itu, orang yang melanggar seperti tidak memakai masker akan disanksi berupa penyitaan KTP selama 14 hari. Bila kebetulan saat razia tak membawa KTP, orang tersebut akan dibawa ke kantor satpol PP dan selanjutnya dibawa ke Liponsos Keputih. Si pelanggar itu diharuskan ikut serta memberi makan orang dengan gangguan jiwa. ”Penerapan sanksi dilakukan secara maksimal terhadap orang maupun pelaku atau badan usaha yang melanggar protokol kesehatan,” tegas Irvan.

Pakar epidemiologi Unair Dr Windhu Purnomo mengatakan, upaya menekan angka kematian dan meningkatkan kesembuhan memang bagus. Tapi, angka penularan juga harus diperhatikan. ’’Kasus tidak akan berhenti kalau penularan tetap tinggi,’’ ucapnya.

Berbagai strategi yang diterapkan untuk mewujudkan disiplin juga sudah bagus. Tapi, strategi itu tidak akan maksimal tanpa punishment. Pemerintah perlu menindak tegas orang-orang yang melanggar aturan protokol kesehatan. ’’Ibarat orang tua, kalau anaknya nakal harus dijewer,’’ ucap dia.

Sementara itu, Pemprov Jatim menggandeng perguruan tinggi untuk mencegah persebaran Covid-19. Beberapa kampus diminta menempatkan mahasiswanya di lokasi-lokasi yang ditetapkan sebagai kampung tangguh. Program tersebut merupakan kerja sama pentaheliks PTN dan PTS di Jatim bersama pemprov. Mahasiswa akan bergabung dengan TNI dan Polri melakukan inovasi di kampung tangguh.

Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, satu kampung tangguh bisa ditempati dua mahasiswa. Mereka akan menjadi bagian dari pendampingan kampung tersebut. Saat ini pemprov sedang menyinergikan program kuliah kerja nyata (KKN) salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) di Jatim. Ada 50 mahasiswa kedokteran yang melaksanakan KKN. Lokasinya di tempat tinggal masing-masing. ”Mereka akan meringankan tim yang bertugas di kampung tangguh,” ucapnya.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama forkopimda berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Perangkat penunjang standar protokol kesehatan disebar. Tes masif juga makin digencarkan. Khofifah menjelaskan, pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 akan dilihat kategori gejala klinisnya. Apakah termasuk tanpa gejala, gejala ringan, sedang, atau berat. Kategori itu akan menentukan lokasi rujukan rumah sakit (RS) yang akan menangani. ”Sistem tersebut akan mendistribusikan pasien merata sesuai kategorinya,” ungkap dia.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

 

 


Temukan 1 Pasien Positif Korona, Lacak 50 Orang