Harapan Para Pekerja Makam di TPU Keputih setelah Pandemi Mereda

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Harapan Para Pekerja Makam di TPU Keputih setelah Pandemi Mereda


Juni-Juli menjadi bulan sedih bagi masyarakat Indonesia, termasuk Surabaya. Tidak sedikit warga yang meninggal akibat Covid-19. Salah satu doa petugas makam DKRTH Surabaya adalah masyarakat tetap patuh protokol kesehatan untuk menekan penularan Covid-19. Agar masa-masa kelam tak terulang.

MUHAMMAD AZAMI RAMADHAN, Surabaya

TATAPAN mata Munaji terlihat sayu. Terlebih ketika diajak ngobrol dan mengingat kondisi Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih pada Juni-Juli lalu. Dia merupakan satu di antara puluhan satgas pemakaman yang menyaksikan langsung situasi makam Keputih saat angka kematian begitu tinggi.

Situasi saat itu tentu jauh berbeda dari pandemi tahun pertama. Meski juga memakamkan warga secara protokol kesehatan, Juni-Juli benar-benar membuatnya terpukul. Bukan hanya fisik, melainkan juga psikis. Sebab, dia bersama puluhan anggota satgas seperti tak pernah beristirahat dari tugas. Pengiriman jenazah datang bergiliran.

”Kalau ingat bulan-bulan itu rasanya campur aduk. Mesti pengin nangis,” ujar Munaji saat ditemui di kantor pemakaman TPU Keputih Sabtu sore lalu.

Dia menyatakan pada 2020, dirinya dan tim satgas memakamkan secara protokol kesehatan maksimal 32 jenazah sehari. Namun, pada Juni-Juli jauh melampaui itu. Dia mengungkapkan, sehari pernah mencapai 120 pemakaman sesuai prokes. Rata-rata 60–90 jenazah per hari.

Yang membuat hatinya tambah berkecamuk adalah kondisi tak keruan pemakaman itu tidak hanya terjadi di Keputih. Namun, juga di 14 makam seluruh Surabaya yang berada di bawah naungan UPTD Pemakaman Surabaya. ”Di mana-mana ramai bukan main. Jadi, seluruh Surabaya,’’ ungkapnya sembari membenahi posisi duduknya. Pria 45 tahun itu mengaku ingatan dua bulan tersebut masih begitu kuat. Hampir seharian memakai hazmat. Termasuk tak melepasnya saat menunaikan salat sekalipun. Bahkan, jadwal makan tak beraturan.

”Pasokan makan enggak pernah telat. Tapi, enggak sempat makan karena crowded itu,’’ paparnya.

Ambulans pembawa jenazah pun mengular di area makam. Bahkan, satu ambulans, lanjut dia, ada yang membawa tiga jenazah sekaligus. ”Ya bagaimana, satu selesai, datang lagi satu. Begitu seterusnya,” imbuhnya.

Bagi dia, kondisi itu patut dijadikan bahan perenungan dan pelajaran. Warga diminta tetap menegakkan protokol kesehatan dalam situasi apa pun. Soal prokes, dia termasuk orang yang rewel. Penegakan penuh dan wajib berlaku bagi anggota keluarganya tanpa terkecuali.

Meski begitu, menurunnya angka positif Covid-19 dan pemakaman sesuai protokol kesehatan patut disyukuri oleh semua pihak. Dia pun bersyukur dapat kembali berkumpul bersama keluarga. Pasalnya, selama dua bulan itu dia memilih untuk tak kembali ke rumah demi menjaga kesehatan keluarga.

”Kami selalu berdoa agar yang ditinggalkan diberi ketabahan. Yang berpulang diampuni segala dosa dan amal baiknya diterima Tuhan,’’ ujar pria asal Surabaya Utara itu. ”Tapi, masih mak-deg kalau dapat share info pemakaman. Meski hanya satu pemakaman saja ya,’’ imbuhnya.

Kepala UPTD Pemakaman Surabaya Aswin Agung mengaku menurunnya angka kematian akibat Covid-19 itu patut disyukuri dan menjadi pelajaran. Artinya, masyarakat Surabaya patuh atas prokes dan terlibat aktif dalam penanggulangan Covid-19.

Ada tujuh blok pemakaman Covid di TPU Keputih dan semuanya penuh. Pihaknya terus menyiapkan segala kemungkinan yang terjadi. Termasuk pembenahan sarana dan prasarana pemakaman. Juga menyiapkan satu blok lagi. Semata-mata untuk persiapan.

”Per tanggal 23 Oktober, hanya 19 pemakaman sesuai prokes,’’ ungkapnya.

Jumlah itu termasuk tiga tempat pemakaman Covid, yaitu TPU Keputih, TPU Babat Jerawat, dan krematorium. Sehari, kata dia, tak lebih dari tiga pemakaman. Bahkan, pernah tiga hari berturut-turut nol angka pemakaman sesuai protokol kesehatan. 


Harapan Para Pekerja Makam di TPU Keputih setelah Pandemi Mereda