Cara Pemkot Surabaya Pacu Investasi serta Beri Ruang Pelaku Seni

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Cara Pemkot Surabaya Pacu Investasi serta Beri Ruang Pelaku Seni


Digitalisasi sangat dibutuhkan pada masa pandemi. Dengan teknologi, seluruh kegiatan yang semula terhambat bisa kembali berjalan. Mulai bulan lalu, pemkot gencar menggelar pertunjukan hingga pameran secara virtual.

ARISKI PRASETYO, Surabaya

ALUNAN musik terdengar di Balai Pemuda. Lagu yang dibawakan itu cukup familier. Judulnya Surabaya. Lagu yang dipopulerkan grup band Dara Puspita tersebut diubah dengan sentuhan jazz.

Melodi yang lembut itu tentu menarik perhatian. Sebuah booth berdiri di tengah Alun-Alun Surabaya. Mirip tempat orang mencari informasi. Namun, tidak ada petugas yang berjaga. Hanya ada tulisan keterangan yang menempel pada panggung mini itu. Yakni, Surabaya Virtual Expo 2021.

Di sekitar booth itu terpasang sejumlah stand banner. Bergambar Wali Kota Eri Cahyadi serta Wakil Wali Kota Armudji. Lewat spanduk tersebut, Eri serta Armudji memberikan pesan. Kunjungi pamerane, ojok lali prokese yo, Rek.

Wah, ternyata ada pameran di Balai Pemuda. Setelah sekian lama, pintu gedung peninggalan kolonial itu akhirnya kembali terbuka. Pemkot menggelar pertunjukan.

Ada dua gedung yang digunakan untuk menggelar pameran. Di sisi timur serta sebelah barat. Pengunjung tinggal memilih.

Di sebelah timur, warga masuk ke ruang auditorium. Mereka diajak menonton video. Durasinya cukup singkat. Berkisar 2,23 menit.

Gambar itu menunjukkan rekaman saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Surabaya. Orang nomor satu di Indonesia tersebut meresmikan megaproyek penanganan sampah. Yaitu, pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) di Benowo atau lebih dikenal dengan istilah pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).

Dalam video itu, Presiden Jokowi memberikan apresiasi kepada pemkot. Sebab, dari tujuh kota/kabupaten yang ditunjuk pemerintah, Surabaya menjadi kota pertama yang mampu mewujudkan PSEL.

Selepas menikmati video, giliran gedung sebelah barat yang dijelajahi. Di dalamnya lebih ramai. Terdapat puluhan stan yang berhadap-hadapan. Mirip pameran properti.

Setiap booth memajang beragam produk. Contohnya, stan bengkel kriya daun 9996. Pengunjung bisa melihat kipas genggam, tudung saji, hingga dompet unik. Semuanya bermotif daun.

Pameran Surabaya Virtual Expo 2021 itu dibuka pada 29 September lalu dan akan berakhir pada 8 Oktober. Kegiatan tersebut digelar secara daring. Warga yang hendak berkunjung tak perlu ke Balai Pemuda. Cukup mengakses lewat HP.

Kegiatan itu dihelat dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu (DPMPTSP). Tujuannya membantu pelaku UMKM. Perekonomian warga diharapkan segera bangkit. Namun, tetap tidak melupakan protokol kesehatan (prokes).

Kepala DPMPTSP M. Taswin menjelaskan, pada masa pandemi, kreativitas tak boleh mati. Harus terus dipacu. Sehingga ekonomi bisa terus bergerak.

Pemkot tidak lantas menyerah pada keadaan. Terobosan baru terus dirancang. ”Bagaimana caranya menghelat pameran, namun tetap aman. Prokes berjalan,’’ paparnya.

Jalan keluarnya adalah dengan memakai teknologi. Pameran dibuat secara virtual. Pengunjung tetap bisa melihat produk yang ditampilkan. Namun, tak bertatap muka.

Beragam pameran disuguhkan dalam Surabaya Virtual Expo 2021. Mulai fashion, kuliner, hingga kerajinan tangan.

Konsep virtual juga terlihat dalam pertunjukan seni. Pada 19 September lalu, pemkot merilis film Arek Suroboyo. Durasinya memang pendek. Hanya 30 menit. Namun, kreasi itu ibarat pelepas dahaga bagi seniman.

Film Arek Suroboyo mengambil setting kolonial. Tepatnya pasca-Perang Dunia II. Kala itu, pasukan sekutu berhasil mengalahkan Jepang.

Salah satu pemeran film itu Kasuwanto. Akrab disapa Cak Lupus. Seniman tradisional tersebut berperan sebagai mantan wartawan. Dia mengisahkan kejadian puluhan tahun silam itu.

Konsep awal Arek Suroboyo adalah ludruk, lantas dikembalikan menjadi film. Lantaran pandemi, pementasan kesenian itu dilakukan daring. ”Tali duk tali layangan. Nyowo siji ilang-ilangan. Itu salah satu parikan di dalam film Arek Suroboyo,’’ tuturnya.

Wali Kota Eri Cahyadi ikut ambil bagian dalam film itu. Pada adegan terakhir, dia berdiri di atap Hotel Yamato. Menyampaikan sajak. Juga memberikan semangat kepada pemuda Surabaya.


Cara Pemkot Surabaya Pacu Investasi serta Beri Ruang Pelaku Seni