Kasus Covid-19 Indonesia Salip Tiongkok

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Kasus Covid-19 Indonesia Salip Tiongkok


JawaPos.com – Setelah 138 hari sejak kasus pertama muncul awal Maret lalu, kasus Covid-19 di Indonesia akhirnya menyalip Tiongkok. Sekarang, saat penularan di negeri asal virus korona tersebut melandai, di Indonesia bahkan belum mencapai puncaknya.

Per kemarin (18/7), sudah 84.882 orang yang dilaporkan positif Covid-19 di Indonesia. Itu melampaui total kasus positif yang dilaporkan di Tiongkok versi Worldometers, yakni 83.644 orang. Pada saat yang sama, WHO melaporkan kasus di Tiongkok sebanyak 85.857 dan John Hopkins Coronavirus Resource Center melaporkan 85.314 orang.

Dengan perbedaan data global tersebut, kalaupun WHO yang menjadi acuan, hari ini catatan kasus di Indonesia dipastikan melebihi Tiongkok. Sebab, saat ini kasus baru di Tiongkok sudah sangat rendah. Laman coronatracker.com mencatat rata-rata kasus baru di Tiongkok hanya 1–2 digit per hari. Tepatnya di bawah angka 50. Di sisi lain, sejak 9 Juni lalu, pertambahan kasus positif korona di Indonesia selalu lebih dari 1.000 per hari.

Angka kasus positif di Tiongkok memang terhitung tinggi. Namun, itu masih diimbangi dengan rasio kesembuhan yang cukup tinggi pula. Yakni, mencapai 78.758 orang atau 94,2 persen. Sementara itu, Indonesia terus berusaha meningkatkan jumlah kesembuhan. Tingkat kesembuhan atau recovery rate di Indonesia mencapai 51 persen dengan jumlah total 43.268 orang.

Meski angka terkonfirmasi positif sudah melewati Tiongkok, beberapa waktu terakhir ada perkembangan yang terbilang positif. Persentase kesembuhan di provinsi-provinsi episentrum Covid-19 rata-rata hampir mengimbangi pertambahan kasus positif. Bahkan lebih besar.

Hal lainnya, menurut Jubir Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto, di antara kasus konfirmasi positif yang terdeteksi, banyak yang hanya bergejala ringan, bahkan tanpa gejala. Kasus konfirmasi positif tanpa gejala tidak lagi dirawat di rumah sakit. ”Beberapa daerah sudah membuat isolasi secara kelompok dengan pengawasan yang ketat. Takut (pasien positif tanpa gejala, Red) jadi sumber penularan baru,” jelas Yuri kemarin (18/7).

Cofounder Kawal Covid-19 Elina Ciptadi menjelaskan, kekurangan utama dalam penanganan Covid-19 di Indonesia adalah minimnya tes PCR. Karena itu, sampai saat ini pemetaan epidemiologis juga belum bisa maksimal. Total orang yang dites hingga kemarin baru mencapai 697 ribu dengan kemampuan tes di kisaran 20 ribu per hari.

Kemampuan itu masih jauh dibanding Malaysia yang mencapai 30 ribuan per hari. Padahal, jumlah penduduk Indonesia sembilan kali lipat dari Malaysia. ’’Seharusnya yang dites di Indonesia minimal 270 atau 300 ribu per hari,’’ terangnya.

Dia mengapresiasi langkah pemerintah yang berfokus pada tracking, tracing, dan treatment. Pihaknya mendorong pemerintah untuk benar-benar berkomitmen dengan kebijakan tersebut. ’’Ketika pemerintahnya serius, kita akan jadi ikut serius,’’ lanjutnya.

Dengan kondisi Indonesia belum mampu meningkatkan tes secara signifikan, harus ada alternatif untuk mencegah penularan. Yang bisa dilakukan adalah mengisolasi orang-orang hasil contact tracing. Bukan isolasi mandiri, melainkan isolasi terpusat di fasilitas pemerintah. Setidaknya selama dua pekan.

Dengan isolasi terpusat, pemerintah bisa lebih mudah mengontrol. Bila selama 14 hari itu timbul gejala, bisa langsung dites. Atau, bila kapasitas tes sudah meningkat, mereka bisa lebih mudah dijangkau. Bila mengandalkan isolasi mandiri, justru itu berisiko.

Pemerintah juga tidak boleh tanggung dalam menjalankan isolasi. Menurut Elina, untuk setiap satu kasus baru, minimal harus ada 25 kontak yang diisolasi secara terpusat.

Elina menuturkan, harus diakui langkah pemerintah Indonesia di awal pandemi memang tidak pas. Kebijakan sering berubah. Misalnya, yang awalnya melarang mudik, lalu mengizinkan dengan syarat.

Bandingkan dengan Tiongkok yang langkahnya terstruktur sejak awal. ’’Mereka mengunci episentrum dari wabahnya,’’ ujar Elina. Yang dikunci hanya Provinsi Hubei, bukan seluruh negara. Ditambah beberapa kota lain yang telanjur didatangi warga Wuhan untuk pulang kampung saat Imlek.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono menjelaskan, kasus Indonesia melebihi Tiongkok memang bukan hal mustahil. Mengingat, Tiongkok sudah confirm flat untuk kasus baru. ”Flat itu artinya, setelah naik, kurvanya sudah datar saat ini,” ungkapnya.

Di Indonesia, kasus baru Covid-19 per hari bisa bertambah hingga ribuan. Bahkan, jika pertambahan tetap di angka tersebut, bisa-bisa Indonesia menyusul Mesir dan Iraq.

Menurut dia, pertambahan kasus baru yang kian masif itu disebabkan beberapa hal. Pertama, deteksi kasus. Tri menilai, hingga saat ini kemampuan deteksi kasus baru masih rendah. Deteksi baru mencapai 20 ribu per hari.

Kedua, isolasi orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. Menurut dia, isolasi saat ini masih terbilang buruk. Meski proses karantina di rumah sakit sudah baik, isolasi mandiri masih tidak bagus. ”Itu pun hanya diawasi puskesmas tingkat kelurahan atau kecamatan,” paparnya.

Begitu juga karantina mereka yang suspect (dulu disebut OTG dan ODP). Ketika hasil dari uji swab belum keluar, mereka seharusnya diisolasi. Selanjutnya, terkait penerapan social distancing. Dari tiga kategori pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Indonesia hanya menerapkan skala sedang cenderung ringan.

Perkembangan di Tiongkok

Pemerintah Tiongkok terus menerapkan strategi tangan besi untuk memotong mata rantai Covid-19. Pekan ini, Xinjiang langsung diberlakukan kebijakan karantina superketat setelah ditemukan kasus baru.

Kasus tersebut bermula saat karyawan pusat perbelanjaan di Urumqi, ibu kota Provinsi Xinjiang, mengalami gejala Covid-19 pada Selasa (14/7). Perempuan 24 tahun itu langsung dibawa ke rumah sakit lokal. Esok harinya, hasil tes perempuan tersebut dinyatakan positif.

Sejak itu pemerintah Tiongkok bergerak cepat. Lebih dari 600 penerbangan yang keluar atau masuk Diwopu International Airport, Urumqi, dibatalkan. Sabtu, pemerintah lokal mengumumkan pemberlakuan kuntara. ’’Saat ini, kami menduga bahwa ada persebaran gugusan di distrik Tianshan,’’ ungkap Rui Baoling, direktur pencegahan dan penanganan penyakit Urumqi, kepada South China Morning Post.

Hingga kemarin (18/7), dari upaya pelacakan, sudah 17 orang yang dinyatakan positif Covid-19. Pemerintah masih mengawasi 269 orang yang terkena dampak kontak dengan pasien pertama. Kemarin Feng Zijian, wakil direktur Centre for Disease Control Tiongkok, tiba di Urumqi bersama dengan 21 tenaga medis dari Wuhan. Mereka berencana untuk melakukan tes skala besar di kota tersebut.

’’Setelah ada satu kasus muncul, langkah yang paling penting adalah melacak sumber dan cabang persebaran,’’ imbuh Zeng Guang, pakar dari National Health Commission.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

 

 

 


Kasus Covid-19 Indonesia Salip Tiongkok