Lulusan Guru Penggerak Diprioritaskan Jadi Kepala Sekolah

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Lulusan Guru Penggerak Diprioritaskan Jadi Kepala Sekolah


JawaPos.com – Di masa mendatang, untuk menjadi kepala sekolah, para guru memiliki jalur tersendiri. Mereka yang menjadi pemimpin unit pendidikan, antara lain, merupakan jebolan program guru penggerak. Itu adalah program Merdeka Belajar jilid V yang resmi diluncurkan kemarin (3/7).

Program Merdeka Belajar V memang berfokus pada pengembangan guru. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mendidik para guru untuk menjadi pemimpin unit pendidikan atau kepala sekolah (Kasek).

Mendikbud Nadiem Makarim dalam paparannya kemarin menegaskan bahwa jalur karir lulusan pendidikan guru penggerak dalam program Merdeka Belajar V sudah pasti.

Mereka akan diprioritaskan menjadi kepala sekolah, pengawas, hingga instruktur pelatihan guru.

Kemendikbud akan berkolaborasi dengan kepala dinas dan pemerintah daerah untuk memastikan program tersebut. ”Jadi, ini komitmen Kemendikbud,” ujarnya dalam peluncuran kebijakan Merdeka Belajar V Guru Penggerak secara daring kemarin.

Komitmen tersebut juga menyangkut dampak yang bakal diberikan para guru penggerak di lingkungan sekolah. Termasuk tentang kepemimpinan mereka nanti.

Program guru penggerak merupakan program identifikasi, pelatihan, dan pembibitan calon pemimpin pendidikan di masa depan. Nanti para guru penggerak bertugas sebagai agen perubahan yang jadi ujung tombak perubahan transformasi pendidikan. Karena itu, Kemendikbud akan mengidentifikasi dan merekrut para guru penggerak yang diyakini ada di setiap sekolah untuk bisa mengikuti pelatihan pengembangan potensi kepemimpinan dan mentorship. ”Guru penggerak bukan hanya yang jago mengajar. Tapi juga punya kemauan untuk memimpin, berinovasi, dan melakukan perubahan,” ungkapnya.

Menurut dia, tanpa adanya kepemimpinan yang baik di tiap-tiap unit pendidikan, perubahan akan sulit terjadi. Karena itu, peran guru penggerak sangat penting untuk menghadirkan pembelajaran yang berkualitas di sekolah. Kepala sekolah tidak hanya berkutat dengan administrasi atau pelaporan keuangan. ”Tapi, fokus pada kualitas pembelajaran,” papar mantan bos Gojek tersebut.

Mereka, kata Nadiem, dapat mendorong tumbuh kembang murid secara holistik dan menjadi pelajar Pancasila. Yakni, pelajar yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, yang kreatif dengan kemampuan adaptif pada perubahan dan selalu berinovasi, bisa gotong royong, berkebinekaan global, memiliki kemampuan bernalar kritis, dan mandiri. ”Karena capaian Merdeka Belajar adalah profil pelajar Pancasila ini,” jelasnya.

Pada tahap awal, Nadiem menargetkan, terdapat setidaknya 2.800 calon guru penggerak. Jumlahnya ditargetkan meningkat hingga 405.000 guru penggerak pada 2024. ”Kami akan buka kesempatan sebesar-besarnya untuk guru-guru terbaik, baik PNS maupun honorer, untuk bisa meng-apply,” tuturnya.

Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril menambahkan, pelatihannya nanti berfokus pada pembelajaran yang relevan dan kontekstual sehingga memberikan dampak dan bukti. Sebab, menurut pendekatan andragogi, pembelajaran orang dewasa harus lebih fokus pada on the job learning.

Karena itu, sebagian besar proses pendidikan guru penggerak dilakukan di tempat kerja. ”Tujuh puluh persen belajar di tempat kerja dan refleksi. Ini akan didampingi pelatih,” tuturnya. Kemudian, 20 persen belajar dari rekan guru dan 10 persen pelatihan bersama fasilitator.

Untuk modul, ada tiga yang bakal digunakan. Paket pertama, terkait paradigma dan visi guru penggerak dengan materi refleksi filosofi pendidikan Indonesia. Kedua, praktik pembelajaran yang berpihak pada murid dengan materi pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial dan emosional, serta pelatihan (coaching). Terakhir, mengenai kepemimpinan pembelajaran dalam pengembangan sekolah. Paket tersebut berisi materi tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, dan pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid.

Iwan mengatakan, pendaftaran program guru penggerak dibuka pada 13 hingga 22 Juli 2020. Dilanjutkan proses seleksi pertama pada 23–30 Juli 2020 dan seleksi kedua 31 Agustus–16 September 2020. Pengumuman calon guru penggerak disampaikan pada 19 September 2020. ”Pelaksanaan pendidikan guru penggerak dimulai 5 Oktober 2020 hingga 31 Agustus 2021,” ujarnya.

Untuk angkatan pertama, lanjut dia, program guru penggerak terdiri atas perwakilan Indonesia bagian barat, tengah, dan timur; dari daerah non pilkada 2020; dan nondaerah 3T. Sebab, pelatihan lebih banyak dilakukan secara daring. Sasarannya, 50 calon guru penggerak per daerah.

Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) terus membuat konten pembelajaran beragama yang moderat. Kemarin diperkenalkan buku modul moderasi beragama. ’’Ini buku suplemen. Untuk guru-guru di madrasah,’’ kata Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag Ahmad Umar.

Dia menuturkan, buku modul tersebut terbagi menjadi dua. Pertama, buku modul untuk anak-anak RA (setingkat PAUD) sampai madrasah ibtidaiyah (MI). Yang kedua, buku modul untuk kelompok madrasah tsanawiyah (MTs) dan madrasah aliyah (MA).

Umar menegaskan, modul beragama moderat itu tidak berupa mata pelajaran khusus, tapi menjadi pegangan guru. Dia berharap guru mata pelajaran apa pun di madrasah memegang buku tersebut. ’’Jadi, guru mengajar apa pun harus ada muatan materi itu (moderasi beragama, Red),’’ jelasnya.

Kemenag berharap, dengan modul tersebut, guru bisa membekali siswa agar memiliki karakter keagamaan dan kebangsaan yang kuat. Para siswa memiliki jiwa toleransi tinggi, hidup gotong royong, saling membantu, serta menjaga dan menjalin persaudaraan. Lalu, sikap santun, bijak, inovatif, kreatif, dan mandiri. Modul beragama moderat itu diharapkan diimplementasikan sejak awal tahun ajaran baru 13 Juli nanti.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 

 

 


Lulusan Guru Penggerak Diprioritaskan Jadi Kepala Sekolah