Budidaya Gabus Siak Jadi Cara Masyarakat Perkecil Potensi Karhutla

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Budidaya Gabus Siak Jadi Cara Masyarakat Perkecil Potensi Karhutla


JawaPos.com – Pemerintah Kabupaten Siak mendorong masyarakat Desa Buantan Besar dan Dayun, melakukan budidaya ikan gabus di wilayah lahan gambut. Asisten 1 Setda Siak Budhi Yuwono mengatakan, budidaya ini membuat lahan gambut tetap basah, sehingga memperkecil potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat kekeringan.

“Kita harapkan bagaimana masyarakat itu bisa memiliki pemikiran, mereka berbudidaya ikan gabus di lahan gambut sehingga gambutnya terjaga, tetap basah, tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan, dan ada pendapatan baru untuk masyarakat,” ujarnya dalam webinar dikutip Selasa (26/10).

Budhi mengatakan, awalnya inisiatif budidaya ikan gabus di lahan gambut muncul akibat keresahan masyarakat. Sebab, karhutla selalu terjadi setiap tahunnya. Sehingga pihaknya mencoba menanganinya dengan rajin memadamkan karhutla yang terus berulang sejak 1990-an.

Kemudian, mereka segera menganalisis penyebab kebakaran. Dari hasil analisis tersebut didapatkan karhutla akibat lahan gambut kering ditanami kelapa sawit. Itu adalah masalah yang perlu diselesaikan.

Menurutnya, beragam inovasi harus terus dilakukan untuk mencegah karhutla. Seperti paludikultur atau pemanfaatan lahan rawa dan gambut yang dibasahi kembali secara produktif sampai pada solusi lewat budidaya ikan gabus.

“Ikan gabus ini adanya di rawa-rawa gambut. Jadi, kita melihat adanya potensi ikan gabus terhadap ekonomi, lewat ekstrak albumin dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Ia melanjutkan lebih jauh, besarnya potensi ikan gabus sebagai komoditas memacu lahirnya PT Alam Siak Lestari (ASL). Direktur PT Alam Siak Lestari (ASL) Musrahmad Igun menyebut, pihaknya berfokus melakukan riset dan pengembangan produk.

“Kita membeli ikan yang dibudidayakan masyarakat, kita sediakan pasarnya. Kita yang mengubah ikan gabus itu menjadi albumin yang bermanfaat untuk masyarakat,” imbuhnya.

ASL sendiri merupakan perusahaan yang pemegang sahamnya merupakan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dari Buantan Besar dan Dayun. ASL dikelola sekumpulan anak muda setempat, sehingga masyarakat dapat merasakan langsung manfaat budidaya. Mereka juga bertanggung jawab menjamin kualitas albumin yang dihasilkan dari proses ekstraksi.

Ia memaparkan, dampak dari budidaya ikan gabus juga tidak dapat dianggap remeh. Sebab, pendapatan ekonomi masyarakat yang terlibat dalam budidaya gabus, bahkan dua kali lipat lebih tinggi dibanding penghasilan saat menjadi petani sawit.

Perhitungan kasarnya, 1 kilogram (kg) ikan gabus dijual Rp 45 ribu. Sementara itu, 1 kg gabus dapat menghasilkan 10 gram ekstrak albumin yang dapat dijual hingga Rp 70 ribu. Artinya ada nilai tambah sampai 56 persen.

Hasil ekstrak albumin yang dihasilkan diprioritaskan untuk memasok kebutuhan lokal. Yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan apotek di Kabupaten Siak. Saat ini, kata dia, produk dalam proses izin BPOM.

“Jadi, produknya sudah siap, jadi sebenarnya tinggal satu langkah lagi, sebelum produknya dilepas ke pasar,” ungkapnyaz

Selain ekstraksi albumin, bagian ikan gabus lain tetap dimanfaatkan secara maksimal. Dagingnya diproduksi menjadi tepung ikan dan selebihnya dijadikan pupuk cair.

Pemanfaatan secara maksimal ini juga dapat mendorong produksi secara zero waste. Budidaya gabus ini juga membuat masyarakat semakin peduli dengan kondisi gambut. Mereka berusaha menjaga agar lahan gambut tetap basah, sehingga kolam gabus yang merupakan sumber mata pencaharian terhindar dari kekeringan.


Budidaya Gabus Siak Jadi Cara Masyarakat Perkecil Potensi Karhutla