Amnesty Desak Pemerintah Adili Oknum TNI yang Tembak Warga Papua

Jika anda butuh jasa pembuatan blog silahkan hubungi www.oblo.co.id

Amnesty Desak Pemerintah Adili Oknum TNI yang Tembak Warga Papua


JawaPos.com – Amnesty International Indonesia menduga, tewasnya dua warga Nduga, Papua akibat penembakan oleh anggota TNI. Amnesty menilai, tindakan aparat keamanan menembak dua warga Papua menunjukkan negara kerap bertindak represif.

“Warga yang merupakan ayah dan anak itu tewas. Ini adalah tindakan yang tak terukur, brutal dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dalam keterangannya, Rabu (22/7).

Amnesty, kata Usman, mendesak adanya investigasi menyeluruh, independen, transparan dan tidak berpihak atas tewasnya dua warga Papua. Dia menegaskan, meski berstatus militer, pelaku harus diadili di bawah jurisdiksi peradilan umum sesuai perintah UU TNI.

“Tidak cukup hanya disiplin internal maupun di pengadilan militer, karena ini bukan hanya pelanggaran disipliner, tapi merupakan tindak pidana dan pelanggaran HAM,” tegas Usman.

Usman menyebut, jika Pemerintah hanya membawa kasus ini ke pengadilan militer, artinya negara gagal dalam memenuhi kewajiban internasional untuk melindungi hak asasi manusia setiap warganya, termasuk gagal menegakkan UUD 1945.

“Bahwa setiap warga negara sama kedudukannya di muka hukum,” cetusnya.

Berdasarkan kronologi yang dihimpun Amnesty International Indonesia, penembakan terjadi sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Kedua korban atas nama Selu Karunggu,20, (anak laki-laki) dan Elias Karunggu,34,(ayah). Mereka adalah penduduk sipil berstatus pengungsi pasca peristiwa 2 Desember 2018 di Distrik Yigi, Nduga.

Keduanya diduga ditembak oleh oknum TNI saat hendak menuju ke Kèneyam, Ibu Kota Kabupaten Nduga. Selama ini korban bertahan di hutan tempat pengungsian yang tidak layak. Dilaporkan banyak yang mati kelaparan di pengungsian tersebut.

Lokasi kejadian bertempat di kampung Masanggorak di pinggir sungai Keneyam, setengah kilometer dari Kota Keneyam. Oknum TNI menembak kedua korban dari pos darurat mereka di pinggir sungai saat keduanya menyeberang sungai.

Saat itu pengungsi yang hendak menuju Keneyam, tapi bersama beberapa pengungsi lain dalam satu rombongan. Mereka berasal dari tiga distrik yang berbeda. Namun kedua korban lebih dulu tiba dibanding yang lain.

Terpisah, menanggai hal ini, Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III memastikan dua korban yang tertembak di Nduga adalah anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB). Mereka diduga merupakan anggota dari kelompok pimpinan Egianus Kogoya.

“Memang benar Tim Satgas Pamtas Yonif PR 330/TD, Sabtu (18/7), melakukan penghadangan terhadap dua anggota KKB pimpinan Egianus Kogoya di Kenyam,” kata Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kol Czi Gusti Nyoman Suriastawa dikonfirmasi.

Gusti menuturkan, peristiwa itu terjadi pada Sabtu (18/7). TNI juga mendapatkan sejumlah barang bukti berupa satu pucuk senjata api jenis revolver dan HP milik anggota TNI yang dicuri, serta uang tunai senilai Rp 9 juta.

Sebelum menembak kedua orang yang diduga anggota KKB, anggota TNI sempat mendapat informasi hingga memonitor pergerakan dengan menggunakan teropong senjata SPR 1 AW dan terlihat sedang melaksanakan transaksi penyerahan senjata jenis pistol.

Menurutnya, kedua anggota KKB tersebut sempat bergabung dengan sekelompok masyarakat yang akan menyeberang sungai dari arah Tawelma menuju ke arah Quari atas Kampung Genit. Namun setelah menyeberangi sungai, keduanya tidak bergabung dengan masyarakat yang langsung naik ke mobil menuju Kenyam.

Gusti menyebut, setelah dipastikan tidak bergabung dengan masyarakat itulah, keduanya ditembak. TNI menemukan satu pucuk pistol jenis revolver dengan nomor seri S 896209 beserta amunisi dan senjata tajam, serta handphone dan uang yang didapat dari dalam ranselnya.

TNI juga sudah memberikan penjelasan kepada Bupati Nduga, bila yang tertembak bukan warga sipil biasa melainkan anggota KKB. Pemberitahuan itu dilakukan agar Bupati mendengar langsung, mengingat sebelumnya beredar di media sosial bahwa TNI menembak warga sipil di Nduga.

“Bupati Nduga Yairus Gwijangge dalam pertemuan tersebut menyatakan akan memberikan pemahaman ke masyarakat tentang kasus itu, dan meminta maaf karena adanya tuduhan yang tidak benar,” tandas Gusti.


Amnesty Desak Pemerintah Adili Oknum TNI yang Tembak Warga Papua